"Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yg telah
menciptakan kamu dari diri yg satu, dan dari padanya Allah menciptakan
istrinya dan dari pada keduanya Allah mengembang biakkan laki-laki dan
perempuan yg banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silahturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu." (QS.AN-NISA': 1)
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الْأَرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).
Jadi bergeraknya Afaq (cakrawala) bumi dan apa saja yang ada di dalamnya tergantung dari rahmat Allah. Perlu kita ketahui, ayat di atas menggunakan kalimah “تقوم ” yaitu fi’il mudhori’ yang menunjukkan zaman al-istimror (selama-lamanya dan terus-menerus). Segala sesuatu yang kita lihat baik berupa gerakan maupun perubahan, besar maupun kecil tidak akan sempurna tanpa kekuasaan dan perintah Allah SWT. Lalu (dengan penetapan ini) apakah ada yang mengatur segala sesuatu selain Allah?
Ruh setiap Manusia sebelum dihadirkan di Dunia, semuanya dalam keadaan Suci dan dalam keadaan terpelihara serta tahu akan Robbnya namun ia belumlah mengenal akan Sejati dirinya dan lupa dengan keadaan Ruh mahluk seluruhnya bersandar (idhofi) pada RUH Ilahi Yang bersifat Qiyamuhu Binafsih . Dengan kemurahan kasih sayang Allah Swt melalui ‘pandangan’ rahmat Nurun ‘alaa nuur maka dihadirkan ia (Ruh) ke Alam Dunia agar sempurna dalam kesempurnaanNYA dengan mengenal serta mengerti akan SEJATI DIRINYA.
Terlahirnya Manusia di Alam Dunia, “DIA” tanamkan di dalam Bathinnya “Mutiara TAUHID”, namun….seiring waktu berjalan, tahun demi tahun sampai beberapa tahun kemudian dirinya berada dimuka Bumi ini, ada yg masih tetap tersimpan “Mutiara TAUHID” itu dalam Bathinnya bahkan semakin bercahaya dan ada juga sebagian yang telah kehilangan “Mutiara TAUHID” itu dalam Bathinnya dikarenakan kelalaiannya sebagai Manusia yg “tidak tahu diri”. Maka….sebagian ada yang mensyukuri hidup dalam kehidupannya dan sebagian lagi mengingkari hidup dalam kehidupannya.
Maka…..tidak ada kesia2an dihadirkanNYA manusia di muka bumi ini/di Alam ini, sungguh kehadiran seluruh Manusia dikehendaki olehNYA karena Cinta KasihNYA yang tiada batasnya bahkan tak terikat oleh Ruang , Waktu dan Jarak. Karena “DIA” menghendaki agar Manusia sebagai SirNYA benar2 dapat sempurna dalam kesempurnaanNYA dengan mengenal dan mengerti akan SEJATI DIRINYA yg mana sewaktu di Alam Ruh sebelum ia terlahir/dihadirkan di Alam Dunia ini tidaklah mengetahui akan JATI DIRINYA walau ia tahu akan Tuhannya.
Karena itulah….kesempurnaan dirinya (ruh) dapat dicapai setelah ia terlahir/dihadirkan ke muka Bumi ini. Maka…hal ini patutlah disadari sesadar2nya oleh seluruh Manusia agar benar2 dirinya dapat menghargai hidup dalam kehidupannya sebagai Sirrullah. Siapa yg tidak mengetahui akan hal ini bahkan tak menyadari kemuliaan dirinya dihadirkan Tuhannya maka kerugian kembali kpd diri mereka sendiri.
Janganlah lupa Diri
Janganlah Gak tau Diri
Janganlah Jual Diri
Janganlah lepas Diri
Janganlah siksa Diri
Janganlah Hina Diri
Janganlah Umbar Diri
Janganlah Dustakan Diri
Janganlah Serakah Diri
Janganlah Sombongkan Diri
Orang yang mengerti akan dirinya dalam fitrahnya….Adalah Insan Al-Kamil..
Duh gusti saya tak ingin lepas dari diri-diriMU.
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَاللهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah
Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (QS. Muhammad 19)
Duduknya diri dalam hati ini selalu mengalunkan rasa sayang dan cinta. Takut diri ini akan kehilangan diri. Kehilanan Diri berarti rapuhnyanya Dudukan Diri Sejati…..Naudzubillah Mindzaliq.
Duh Gusti……Diri ini menangis dan sering bersedih melihat tingkah pola manusia yang tak tahu diri, Diri ini menangis tatkala melihat seorang anak manusia yang tidak mengenal Diri.
Gerangan diri ini selalu bersandar dan bersimpuh dalam dudukan diri yang selalu mengontrol seluruh gerakan dan perbuatan……sungguh Mulia Allah dari Dzat yang indah tatkala hening Kau panggil diriku dengan KerinduanMu
قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكَثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (45:26)
Wallahu A'lam
Laa Hawla wa Laa Quwwata Illaa Billaahil ‘Aliyyil ‘Adzhiim
INTI BERAGAMA
أَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهْ
الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ اصْطَفَى مِنْ عِباَدِهِ مَنْ جَعَلَهُمْ مَفاَتِيْحَ لِلْخَيْرِ، وَلَمْ يُوْصِلْ إِلَيْهِمْ إِلاَّ مَنْ أَرَادَ أَنْ يُوَصِلَهُ إِلَيْهِ , وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الهَدِى وَالمَعْرِفَةِ , وَعَلَى آَلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْساَنٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّاَبَعْدُ ؛
Terkait pemahaman menyimpang yang terjadi dalam ajaran agama Islam, ada kaum yang mem-bid’ah-kan orang lain tanpa mengenal betul ajarannya, bahkan saling sesat dan menyesatkan. Hal ini pada mulanya disebabkan krisis akhlak, artinya mungkin sekali menjadi penyesatan paham pada seseorang, ketika orang itu sama sekali tidak memiliki tatkrama dalam melakukan amal ibadahnya. Karena pada hakikatnya orang yang rajin melakukan amal ibadah dengan sungguh-sungguh dan diiringi tatakrama, dalam shalat misalnya, mustahil akan mengalami kesesatan, karena di dalam shalat sendiri diwajibkan membaca surat Al-Fatihah, yang di dalamnya terdapat ayat, do’a untuk tetap di jalan yang benar atau tidak sesat, yaitu :
إِهْدِناَ الصِّراَطَ المُسْتَقِيْمَ
Artinya :
“Ya Allah, Tunjukan kami ke jalan lurus (benar)”
Walhasil, awal mulanya kesesatan itu timbul dari melakukan amal-amal ibadah yang tidak diiiringi tatakrama dengan sungguh-sungguh hingga tidak memperhatikan inti beragama.
Kemudian apa sebenarnya yang dimaksud dengan beragama itu ? berangkat dari sinilah di kesempatan ini saya mengambil tema “INTI BERAGAMA” semoga kita semua mendapatkan Taufik dan Hidayah dalam memahami serta mengamalkan ajaran agama Islam, amien.
Dalam kitab Musnad Ahmad, disebutkan bahwa suatu ketika para sahabat membincangkan seseorang yang mereka kenal sangat saleh dan rajin beribadah di hadapan Rasulullah Saw. Ketika orang yang mereka bicarakan datang, Rasulullah Saw bersabda, “Kalian telah membicarakan seseorang yang tampak sentuhan setan di wajahnya, “Rasulullah lalu melanjutkan “Sesungguhnya orang itu dan kelompoknya membaca Alquran, tetapi bacaan mereka hanya sampai pada tenggorokannya saja. Mereka telah keluar dari agama sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya“ (HR Ahmad)
Hadits di atas, dengan jelas menginformasikan kepada kita semua bahwa inti keberagamaan seseorang adalah terletak pada akhlaknya, baik ber-akhlak kepada Allah ataupun akhlak kepada sesama. Akhlak kepada Allah ialah melakukan amal ibadah yang disertai dengan tekhnis pelaksanannya yang sah, sedangkan akhlak kepada sesama adalah dengan memenuhi hak-hak mereka.
Salah satu tujuan dari ritus-ritus peribadatan yang telah ditetapkan atau suri tauladan amal ibadah para Ulama kekasih Allah Swt, sebenar-nya adalah untuk mengantarkan seseorang pada ketinggian dan kemuliaan akhlak-nya.
Ucapan “Allahu Akbar” yang diulang-ulang dalam setiap gerakan shalat dan haji, misalnya, dimaksud-kan untuk mengingatkan kita bahwa hanya Allah saja yang besar, semakin kita sering melaksanakan shalat, haji atau ibadah lainnya maka akan semakin terasa bahwa kita adalah makhluk yag kecil, hina dan rendah. Setelah itu, maka kita akan semakin dekat pada Allah dan akhlak kita akan bertambah mulia.
قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؛ مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ تَنْهَهُ صَلاَتُهُ عَنِ الفَحْشاَءِ وَالمُنْكَرِ لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْداً
Rasulullah Saw berabda ; “Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar, maka shalatnya hanya akan menjauhkannya dari Allah” (HR Thabrani)
Begitu pula dengan puasa. Ia bertujuan untuk melatih seseorang agar bisa mengenadalikan hawa nafsunya dan menundukannya untuk melaksanakan semua perintah Allah Swt dan menjauhi semua larangan-Nya. Ketika Rasulullah Saw melihat seseorang mencaci-maki hamba sahayanya, beliau berkata kepadanya, “Makanlah !” ia menjawab, “Saya sedang berpuasa”, Rasulullah lalu berkata, “Bagaimana Engkau berpuasa padahal engkau telah mencaci-maki hamba sahayamu”.
Karena itu, ketika disebutkan kepada Rasulullah bahwa ada seseorang yang menghabiskan waktu malamnya untuk beribadah dan waktu siangnya untuk berpuasa, namun ia suka menyakiti tetangganya, beliau Saw bersabda, “Ia (tempatnya) di neraka.” Berikut redaksi haditsnya ;
قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ياَرَسُوْلَ اللهِ إِنَّ فُلاَنَةً تَقُوْمُ اللَّيْلَ وَتَصُوْمُ النَّهاَرَ وَتَفْعَلُ وَتَصَدَّقُ وَتُؤْذِيْ جِيْرَانَهاَ بِلِساَنِهاَ فَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؛ لاَخَيْرَ فِيْهاَ هِيَ مِنْ أَهْلِ النّاَرِ , قاَلُوْا وَفُلاَنَةٌ تُصَلِّى المَكْتُوْبَةَ وَتَصَدَّقُ بِأَثْوَارٍ وَلاَ تُؤْذِيْ أَحَداً فَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِيَ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ
Artinya :
Ditanyakan kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah si fulan menghabiskan waktunya malam ibadah dan siangnya berpuasa bahkan sedekah namun dia menyakiti tetangga dengan lisannya ?” Rasulullah SAW menjawab, “Dia Tidak baik, ia termasuk penghuni neraka.” Sahabat bertanya lagi, “Jika si fulan itu melaksanakan shalat fardu lima waktu, bersedekah dan tidak sampai menyakiti seseorang ?” Rasulullah SAW menjawab, “Dia termasuk penghuni surga.” (HR At-Tirmidzi)
Seorang yang taat pada ajaran agamanya, akan selaras antara apa yang dipikirkan, apa yang diucapkan, dan dilakukannya. Ajaran agama ada dalam denyut nadinya, dan selalu menjadi akhlak keseharian-nya. Saudara-ku, mari kita bercermin kembali.
KEMATIAN PASTI DATANG
Manusia tidak akan lepas dari ajal, bahkan ajal itu meliputinya.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ وَخَطَّ خُطَطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الْوَسَطِ وَقَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا (خ 5938)
"Dari Abdullah, dia berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membuat garis segi empat, dan Beliau membuat garis di tengahnya keluar darinya. Beliau membuat garis-garis kecil kepada garis yang ada di tengah ini dari sampingnya yang berada di tengah. Beliau bersabda,”Ini manusia, dan ini ajal yang mengelilinginya, atau telah mengelilinginya. Yang keluar ini adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya.” [HR Bukhari, no. 5.9]
Subhanallah
Tak ada yang bisa lepas dari kematian,
Semoga Allah memberikan kepada kita akhir kehidupan yang baik.
JANGAN DILALAIKAN OLEH DUNIA
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi [al-Munâfiqûn/63:9]
Ya Allah ampunilah kami yang senantiasa lupa dengan nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami
“Ya Alloh, baguskan agamaku karena ia menjadi peganganku dalam semua urusan, baguskan duniaku karena disanalah aku hidup, baguskan akhiratku karena
disitulah tempat aku kembali. Jadikan hidupku ini sebagai ladang amal kebaikan dan jadikan kematianku (kelak) sebagai tempat istirahat dari semua keburukan.” (HR. Muslim) “Ya Allah aku berlindung dari sifat penakut, usia yang tidak bermanfaat (buruk), aku berlindung dari kejinya dunia dan siksa kubur.” (HR. Bukhari) .. Bismillah Dia yg maha melihat Dia yg maha mendengar Dia yang maha mengetahui segala Rahasia makhluk Nya Dia yang maha awal Dia maha mengakhiri Dia yang maha bercahaya Dia yang maha syukur Dia yang maha penyabar Dia yang maha pengasih Dia yang maha penyayang , Dia yang akan menghisab setiap nafas kita tanpa terkecuali tak ada yg menghalangi tak ada yg mampu menandingi kekuasaan Nya .. amin
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الْأَرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).
Jadi bergeraknya Afaq (cakrawala) bumi dan apa saja yang ada di dalamnya tergantung dari rahmat Allah. Perlu kita ketahui, ayat di atas menggunakan kalimah “تقوم ” yaitu fi’il mudhori’ yang menunjukkan zaman al-istimror (selama-lamanya dan terus-menerus). Segala sesuatu yang kita lihat baik berupa gerakan maupun perubahan, besar maupun kecil tidak akan sempurna tanpa kekuasaan dan perintah Allah SWT. Lalu (dengan penetapan ini) apakah ada yang mengatur segala sesuatu selain Allah?
Ruh setiap Manusia sebelum dihadirkan di Dunia, semuanya dalam keadaan Suci dan dalam keadaan terpelihara serta tahu akan Robbnya namun ia belumlah mengenal akan Sejati dirinya dan lupa dengan keadaan Ruh mahluk seluruhnya bersandar (idhofi) pada RUH Ilahi Yang bersifat Qiyamuhu Binafsih . Dengan kemurahan kasih sayang Allah Swt melalui ‘pandangan’ rahmat Nurun ‘alaa nuur maka dihadirkan ia (Ruh) ke Alam Dunia agar sempurna dalam kesempurnaanNYA dengan mengenal serta mengerti akan SEJATI DIRINYA.
Terlahirnya Manusia di Alam Dunia, “DIA” tanamkan di dalam Bathinnya “Mutiara TAUHID”, namun….seiring waktu berjalan, tahun demi tahun sampai beberapa tahun kemudian dirinya berada dimuka Bumi ini, ada yg masih tetap tersimpan “Mutiara TAUHID” itu dalam Bathinnya bahkan semakin bercahaya dan ada juga sebagian yang telah kehilangan “Mutiara TAUHID” itu dalam Bathinnya dikarenakan kelalaiannya sebagai Manusia yg “tidak tahu diri”. Maka….sebagian ada yang mensyukuri hidup dalam kehidupannya dan sebagian lagi mengingkari hidup dalam kehidupannya.
Maka…..tidak ada kesia2an dihadirkanNYA manusia di muka bumi ini/di Alam ini, sungguh kehadiran seluruh Manusia dikehendaki olehNYA karena Cinta KasihNYA yang tiada batasnya bahkan tak terikat oleh Ruang , Waktu dan Jarak. Karena “DIA” menghendaki agar Manusia sebagai SirNYA benar2 dapat sempurna dalam kesempurnaanNYA dengan mengenal dan mengerti akan SEJATI DIRINYA yg mana sewaktu di Alam Ruh sebelum ia terlahir/dihadirkan di Alam Dunia ini tidaklah mengetahui akan JATI DIRINYA walau ia tahu akan Tuhannya.
Karena itulah….kesempurnaan dirinya (ruh) dapat dicapai setelah ia terlahir/dihadirkan ke muka Bumi ini. Maka…hal ini patutlah disadari sesadar2nya oleh seluruh Manusia agar benar2 dirinya dapat menghargai hidup dalam kehidupannya sebagai Sirrullah. Siapa yg tidak mengetahui akan hal ini bahkan tak menyadari kemuliaan dirinya dihadirkan Tuhannya maka kerugian kembali kpd diri mereka sendiri.
Janganlah lupa Diri
Janganlah Gak tau Diri
Janganlah Jual Diri
Janganlah lepas Diri
Janganlah siksa Diri
Janganlah Hina Diri
Janganlah Umbar Diri
Janganlah Dustakan Diri
Janganlah Serakah Diri
Janganlah Sombongkan Diri
Orang yang mengerti akan dirinya dalam fitrahnya….Adalah Insan Al-Kamil..
Duh gusti saya tak ingin lepas dari diri-diriMU.
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَاللهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah
Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (QS. Muhammad 19)
Duduknya diri dalam hati ini selalu mengalunkan rasa sayang dan cinta. Takut diri ini akan kehilangan diri. Kehilanan Diri berarti rapuhnyanya Dudukan Diri Sejati…..Naudzubillah Mindzaliq.
Duh Gusti……Diri ini menangis dan sering bersedih melihat tingkah pola manusia yang tak tahu diri, Diri ini menangis tatkala melihat seorang anak manusia yang tidak mengenal Diri.
Gerangan diri ini selalu bersandar dan bersimpuh dalam dudukan diri yang selalu mengontrol seluruh gerakan dan perbuatan……sungguh Mulia Allah dari Dzat yang indah tatkala hening Kau panggil diriku dengan KerinduanMu
قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكَثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (45:26)
Wallahu A'lam
Laa Hawla wa Laa Quwwata Illaa Billaahil ‘Aliyyil ‘Adzhiim
INTI BERAGAMA
أَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهْ
الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ اصْطَفَى مِنْ عِباَدِهِ مَنْ جَعَلَهُمْ مَفاَتِيْحَ لِلْخَيْرِ، وَلَمْ يُوْصِلْ إِلَيْهِمْ إِلاَّ مَنْ أَرَادَ أَنْ يُوَصِلَهُ إِلَيْهِ , وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الهَدِى وَالمَعْرِفَةِ , وَعَلَى آَلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْساَنٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ أَمّاَبَعْدُ ؛
Terkait pemahaman menyimpang yang terjadi dalam ajaran agama Islam, ada kaum yang mem-bid’ah-kan orang lain tanpa mengenal betul ajarannya, bahkan saling sesat dan menyesatkan. Hal ini pada mulanya disebabkan krisis akhlak, artinya mungkin sekali menjadi penyesatan paham pada seseorang, ketika orang itu sama sekali tidak memiliki tatkrama dalam melakukan amal ibadahnya. Karena pada hakikatnya orang yang rajin melakukan amal ibadah dengan sungguh-sungguh dan diiringi tatakrama, dalam shalat misalnya, mustahil akan mengalami kesesatan, karena di dalam shalat sendiri diwajibkan membaca surat Al-Fatihah, yang di dalamnya terdapat ayat, do’a untuk tetap di jalan yang benar atau tidak sesat, yaitu :
إِهْدِناَ الصِّراَطَ المُسْتَقِيْمَ
Artinya :
“Ya Allah, Tunjukan kami ke jalan lurus (benar)”
Walhasil, awal mulanya kesesatan itu timbul dari melakukan amal-amal ibadah yang tidak diiiringi tatakrama dengan sungguh-sungguh hingga tidak memperhatikan inti beragama.
Kemudian apa sebenarnya yang dimaksud dengan beragama itu ? berangkat dari sinilah di kesempatan ini saya mengambil tema “INTI BERAGAMA” semoga kita semua mendapatkan Taufik dan Hidayah dalam memahami serta mengamalkan ajaran agama Islam, amien.
Dalam kitab Musnad Ahmad, disebutkan bahwa suatu ketika para sahabat membincangkan seseorang yang mereka kenal sangat saleh dan rajin beribadah di hadapan Rasulullah Saw. Ketika orang yang mereka bicarakan datang, Rasulullah Saw bersabda, “Kalian telah membicarakan seseorang yang tampak sentuhan setan di wajahnya, “Rasulullah lalu melanjutkan “Sesungguhnya orang itu dan kelompoknya membaca Alquran, tetapi bacaan mereka hanya sampai pada tenggorokannya saja. Mereka telah keluar dari agama sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya“ (HR Ahmad)
Hadits di atas, dengan jelas menginformasikan kepada kita semua bahwa inti keberagamaan seseorang adalah terletak pada akhlaknya, baik ber-akhlak kepada Allah ataupun akhlak kepada sesama. Akhlak kepada Allah ialah melakukan amal ibadah yang disertai dengan tekhnis pelaksanannya yang sah, sedangkan akhlak kepada sesama adalah dengan memenuhi hak-hak mereka.
Salah satu tujuan dari ritus-ritus peribadatan yang telah ditetapkan atau suri tauladan amal ibadah para Ulama kekasih Allah Swt, sebenar-nya adalah untuk mengantarkan seseorang pada ketinggian dan kemuliaan akhlak-nya.
Ucapan “Allahu Akbar” yang diulang-ulang dalam setiap gerakan shalat dan haji, misalnya, dimaksud-kan untuk mengingatkan kita bahwa hanya Allah saja yang besar, semakin kita sering melaksanakan shalat, haji atau ibadah lainnya maka akan semakin terasa bahwa kita adalah makhluk yag kecil, hina dan rendah. Setelah itu, maka kita akan semakin dekat pada Allah dan akhlak kita akan bertambah mulia.
قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؛ مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ تَنْهَهُ صَلاَتُهُ عَنِ الفَحْشاَءِ وَالمُنْكَرِ لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْداً
Rasulullah Saw berabda ; “Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar, maka shalatnya hanya akan menjauhkannya dari Allah” (HR Thabrani)
Begitu pula dengan puasa. Ia bertujuan untuk melatih seseorang agar bisa mengenadalikan hawa nafsunya dan menundukannya untuk melaksanakan semua perintah Allah Swt dan menjauhi semua larangan-Nya. Ketika Rasulullah Saw melihat seseorang mencaci-maki hamba sahayanya, beliau berkata kepadanya, “Makanlah !” ia menjawab, “Saya sedang berpuasa”, Rasulullah lalu berkata, “Bagaimana Engkau berpuasa padahal engkau telah mencaci-maki hamba sahayamu”.
Karena itu, ketika disebutkan kepada Rasulullah bahwa ada seseorang yang menghabiskan waktu malamnya untuk beribadah dan waktu siangnya untuk berpuasa, namun ia suka menyakiti tetangganya, beliau Saw bersabda, “Ia (tempatnya) di neraka.” Berikut redaksi haditsnya ;
قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ياَرَسُوْلَ اللهِ إِنَّ فُلاَنَةً تَقُوْمُ اللَّيْلَ وَتَصُوْمُ النَّهاَرَ وَتَفْعَلُ وَتَصَدَّقُ وَتُؤْذِيْ جِيْرَانَهاَ بِلِساَنِهاَ فَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؛ لاَخَيْرَ فِيْهاَ هِيَ مِنْ أَهْلِ النّاَرِ , قاَلُوْا وَفُلاَنَةٌ تُصَلِّى المَكْتُوْبَةَ وَتَصَدَّقُ بِأَثْوَارٍ وَلاَ تُؤْذِيْ أَحَداً فَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِيَ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ
Artinya :
Ditanyakan kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah si fulan menghabiskan waktunya malam ibadah dan siangnya berpuasa bahkan sedekah namun dia menyakiti tetangga dengan lisannya ?” Rasulullah SAW menjawab, “Dia Tidak baik, ia termasuk penghuni neraka.” Sahabat bertanya lagi, “Jika si fulan itu melaksanakan shalat fardu lima waktu, bersedekah dan tidak sampai menyakiti seseorang ?” Rasulullah SAW menjawab, “Dia termasuk penghuni surga.” (HR At-Tirmidzi)
Seorang yang taat pada ajaran agamanya, akan selaras antara apa yang dipikirkan, apa yang diucapkan, dan dilakukannya. Ajaran agama ada dalam denyut nadinya, dan selalu menjadi akhlak keseharian-nya. Saudara-ku, mari kita bercermin kembali.
KEMATIAN PASTI DATANG
Manusia tidak akan lepas dari ajal, bahkan ajal itu meliputinya.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ وَخَطَّ خُطَطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الْوَسَطِ وَقَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا (خ 5938)
"Dari Abdullah, dia berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membuat garis segi empat, dan Beliau membuat garis di tengahnya keluar darinya. Beliau membuat garis-garis kecil kepada garis yang ada di tengah ini dari sampingnya yang berada di tengah. Beliau bersabda,”Ini manusia, dan ini ajal yang mengelilinginya, atau telah mengelilinginya. Yang keluar ini adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya.” [HR Bukhari, no. 5.9]
Subhanallah
Tak ada yang bisa lepas dari kematian,
Semoga Allah memberikan kepada kita akhir kehidupan yang baik.
JANGAN DILALAIKAN OLEH DUNIA
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi [al-Munâfiqûn/63:9]
Ya Allah ampunilah kami yang senantiasa lupa dengan nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami
“Ya Alloh, baguskan agamaku karena ia menjadi peganganku dalam semua urusan, baguskan duniaku karena disanalah aku hidup, baguskan akhiratku karena
disitulah tempat aku kembali. Jadikan hidupku ini sebagai ladang amal kebaikan dan jadikan kematianku (kelak) sebagai tempat istirahat dari semua keburukan.” (HR. Muslim) “Ya Allah aku berlindung dari sifat penakut, usia yang tidak bermanfaat (buruk), aku berlindung dari kejinya dunia dan siksa kubur.” (HR. Bukhari) .. Bismillah Dia yg maha melihat Dia yg maha mendengar Dia yang maha mengetahui segala Rahasia makhluk Nya Dia yang maha awal Dia maha mengakhiri Dia yang maha bercahaya Dia yang maha syukur Dia yang maha penyabar Dia yang maha pengasih Dia yang maha penyayang , Dia yang akan menghisab setiap nafas kita tanpa terkecuali tak ada yg menghalangi tak ada yg mampu menandingi kekuasaan Nya .. amin
Subhanallah,
BalasHapusAamiin Allahumma aamiin.
Terimakasih ustadz 👳 atas artikelnya ilmu dan Nasehat nya
Barokallah.