Selasa, 06 Mei 2014

Teori ‘Big Light’ vs teori ‘Big Bang’ (1): Urutan penciptaan alam semesta

Pengantar.

Hampir amat jarang disebut, dikemukakan atau dikembangkan konsep kosmogoni di kalangan umat Islam (konsep kosmologi pada awal penciptaan alam semesta ini), yang berasal langsung dari ajaran-ajaran agama Islam. Bahkan hal yang umum terjadi, justru sebagian besar umat Islam mengakui teori 'Big Bang', yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan barat, termasuk dengan mengaitkan antara teori 'Big Bang' dan ayat-ayat kitab suci Al-Qur'an. Dan teori 'Big Bang' memang telah dikenal amat luas di seluruh dunia.

Di lain pihak, teori 'Big Light' tentunya relatif tidak pernah dikenal, karena memang baru dikembangkan, atau minimal belum diketahui ada teori yang serupa sampai saat ini. Teori 'Big Light' ini pada dasarnya kelanjutan atau pengembangan lebih detail atas konsep kosmogoni Islam, yang disebut dalam kitab suci Al-Qur'an.

Konsep kosmogoni Islam justru relatif amat berbeda daripada teori 'Big Bang'. Pada teori 'Big Bang', alam semesta ini diawali dari suatu 'bola raksasa' yang amat sangat padat dan panas, yang meliputi seluruh materi di alam semesta ini. Sedangkan dalam kitab suci Al-Qur'an, alam semesta ini diawali dari suatu 'kabut' yang amat sangat panas. Sehingga seluruh benda langit pada awalnya masih menyatu atau melebur ('bersatu-padu'), dalam bentuk 'kabut' (pada QS.41:11 dan QS.21:30), bukan 'padatan' ataupun 'cairan'.

Konsep kosmogoni Islam relatif lebih maju daripada teori 'Big Bang', selain karena telah diungkap lebih dahulu sekitar 13 abad sebelumnya, juga karena dalam teori 'Big Bang' justru dinyatakan, bahwa 'bola padat raksasa' itu meledak hancur-lebur menjadi partikel-partikel yang amat kecil, lalu terbentuk menjadi 'kabut'. Juga bentuk segala benda dalam keadaannya yang relatif paling panasnya, memang berupa 'gas' (asap atau kabut), ataupun lebih panasnya lagi, berupa 'cahaya' (pada teori 'Big Light'). Dan bentuk awal ini tentunya hanya salah-satu dari perbedaan antara kedua konsep ataupun teori itu.

Sebagian besar umat Islam yang mengakui teori 'Big Bang', umumnya juga memakai ayat-ayat QS.41:11 dan QS.21:30, untuk bisa membenarkan dalil-dalilnya. Ayat-ayat itu dipahami terpisah dan berurutan, pada awalnya alam semesta ini dianggap 'bersatu-padu' dalam bentuk 'bola padat raksasa' (pada QS.21:30). Lalu 'bola padat raksasa' itu meledak hancur-lebur sampai bisa terbentuk menjadi 'kabut' atau 'asap' (pada QS.41:11). Dan hal ini memang relatif amat sesuai dengan teori 'Big Bang'.

Sedangkan pada teori 'Big Light', ayat-ayat QS.41:11 dan QS.21:30 tidak dipahami terpisah, namun justru sebagai satu-kesatuan. Karena perubahan dari 'bola padat raksasa' menjadi 'kabut' justru menimbulkan amat banyak pertanyaan dan sekaligus menimbulkan 'singularitas' yang amat sulit dijelaskan sampai saat ini oleh para ilmuwan. Bahkan dalam kitab suci Al-Qur'an juga tidak pernah disebut, bahwa "seluruh alam semesta ini awalnya 'bersatu-padu' dalam bentuk 'bola padat raksasa'" dan juga bahwa "alam semesta ini ('bola padat raksasa') pernah meledak". Dan bahkan teori 'Big Bang' telah pula melahirkan teori yang amat misterius, seperti: 'energi gelap', 'materi gelap', 'materi yang hilang', 'inflasi', dsb, yang justru belum terbukti untuk bisa mendukung dalil-dalilnya.

Pada teori 'Big Light', konsep kosmogoninya relatif jauh lebih sederhana dan mudah dijelaskan, karena seluruh alam semesta ini awalnya memang hanya tersusun dari elemen-elemen yang paling dasar, yaitu: 'Ruh' (hidup dan gaib), 'Materi terkecil' (mati dan nyata) dan 'Energi'. 'Materi terkecil' adalah materi penyusun yang paling kecil bagi segala benda mati, yang juga disebut sebagai 'CATOM' (composer of atom). Tentunya 'materi terkecil' itu juga materi yang paling ringan (jauh lebih ringan daripada molekul gas), dan tersebar merata di seluruh alam semesta ini. Dan energi yang diciptakan-Nya pada saat paling awal ini ("energi awal alam semesta"), amat sangat panas dan terpakai bagi berjalannya seluruh alam semesta ini, bahkan sampai akhir jaman.

Pada saat awal inipun terjadi tak-terhitung reaksi 'fusi nuklir' (reaksi penggabungan antar materi), dimana 'materi terkecil' itu saling berinteraksi, bertumbukan dan bergabung membentuk menjadi segala jenis materi yang berukuran lebih besar. Pada saat terbentuk segala jenis partikel sub-atom dan atom, juga timbul sinar yang amat sangat panas, putih dan terang di seluruh alam semesta ini ("sinar alam semesta" atau 'Big Light'). Reaksi 'fusi nuklir' disini tentunya dalam pengertiannya yang lebih luas, bukan reaksi 'fusi nuklir' yang biasanya dikenal (bukan hanya semata reaksi penggabungan antar inti atom, namun juga antar materi yang jauh lebih kecil lagi ukurannya).

Makin lanjut lagi, dalam keadaan alam semesta ini yang masih amat sangat panas, namun terus-menerus makin mendingin, selain terbentuk segala jenis partikel sub-atom dan atom, juga secara bertahap terbentuk segala jenis molekul, butir benda, benda, planet, bintang, pusat galaksi, dan bahkan sampai "pusat alam semesta" (hanya ada satu saja).

Saat segala materi di alam semesta ini kebanyakan masih berupa atom, molekul dan butir benda, tentunya seluruh alam semesta ini berbentuk suatu 'kabut' atau 'asap' ("kabut alam semesta"). Dan saat ini pula, bumi dan segala benda langit lainnya yang biasa dikenal oleh umat manusia, tentunya sama sekali belum berbentuk ataupun masih 'bersatu padu', persis seperti halnya yang disebut dalam kitab suci Al-Qur'an. Maha Suci Allah.

TEORI BIG BANG (LEDAKAN BESAR) dan Bukti Teori Big Bang Dalam Al-Qur'an

Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.

Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.

Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar.

Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan berada pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong. Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan terus mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan mendingin.

Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar tahun lagi.

 Bukti Teori Big Bang Dalam Al-Qur'an

Ternyata (bagi yang belum tahu), teori Big Bang sudah ada di Al-Qur'an beratus-ratus tahun sebelum ditemukannya teori ini. Ok, mari kita simak.

Al-Qur'an Surat Hud Ayat 7 : "Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam waktu enam hari"

Enam hari disini bukan berarti waktu sebenarnya karena pada waktu itu, belum ada bumi yang mengelilingi matahari, yang dimaksudkan enam hari disini adalah enam masa/ tahapan. Teori Big Bang atau ledakan besar ini dikemukan oleh seorang astronomi Amerika yang bernama Edwin Hubble tahun 1929. Teori Big Bang ini sendiri di bagi atas enam masa/ tahapan :

Surat An-Nazi'at ayat 27-33
"Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}"

Dari sejumlah ayat Al-Qur"an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi"at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:

Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali
Jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal' ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki 'volume nol', dan 'kepadatan tak hingga'. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol. Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang'. Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah 'diciptakan dari ketiadaan', dengan kata lain ia diciptakan oleh Allah SWT. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau: "ia Pencipta langit dan bumi" Surat Al-An'aam ayat 101.

Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut "big bang", kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.

Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi.

Masa II (ayat 2: pengembangan dan penyempurnaan
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata "meninggikan bangunan" dan "menyempurnakan". Kata "meninggikan bangunan" dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh.

Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.

Sedangkan kata "menyempurnakan", menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.

Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi
Surat An-Nazi"ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.

Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya. Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.

Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.

Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, "Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?" (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".

Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.

Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.

Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.

Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan "â?¦gunung-gunung dipancangkan dengan teguh." Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses detail terbentuknya gunung dapat dilihat pada artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi gunung sebagai pasak bumi.

Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.

Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, "Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya".

Jadi, beratus-ratus tahun sebelum ditemukannya teori big bang, proses pembentukan alam semesta sudah tertera di dalam Al-Quran.

Urutan penciptaan alam semesta

Amat jarang atau bahkan hampir tidak ada penjelasan yang berkembang luas di kalangan umat Islam tentang urutan penciptaan alam semesta ini, selain dari hal-hal yang disebut secara amat ringkas dalam kitab suci Al-Qur'an. Berikut ini diungkap urutan penciptaan alam semesta ini menurut teori 'Big Light', beserta ayat-ayat kitab suci Al-Qur'an yang mendukungnya.

Urutan penciptaan alam semesta ini menurut teori 'Big Light'

Berikut ini akan diungkap urutan penciptaan alam semesta ini menurut teori 'Big Light', beserta ayat-ayat kitab suci Al-Qur'an yang dianggap mendukungnya, minimal menurut penilaian relatif penulis. Dalam artikel/posting sekarang, pengungkapan atas urutan penciptaan alam semesta ini sengaja lebih didahulukan, terutama agar umat Islam bisa langsung mengetahui hubungan antara teori 'Big Light', dengan ayat-ayat kitab suci Al-Qur'an. Sedangkan landasan teori beserta segala dalil-alasannya, yang digunakan untuk mendukung teori 'Big Light', akan diuraikan lebih lengkap dalam artikel/posting berikutnya ataupun bisa dibaca pada buku "Menggapai Kembali Pemikiran Rasulullah SAW", tentang teori 'Big Light' dan model alam semestanya, di samping topik-topik terkait lainnya.

Namun agar umat bisa langsung memperoleh gambaran ringkas tentang teori 'Big Light', berikut berbagai elemen yang paling dasar, yang telah digunakan-Nya pada proses penciptaan alam semesta ini, dan sekaligus proses penciptaannya (proses penciptaan yang paling awalnya), maka terlebih dahulu dianggap perlu ditunjukkan pula gambar berikut. Urutan nomor poin pada gambar itupun (poin 1 s/d 4), relatif menunjukkan urutan proses penciptaannya.

Seluruh alam semesta dan segala isinya ini justru hanya diciptakan-Nya dengan 3 elemen yang paling dasar, yaitu: 'Materi terkecil' (mati dan nyata), 'Ruh' (hidup dan gaib) dan 'Energi', masing-masingnya berupa poin 2, 3 dan 4 pada gambar berikut. Hal inipun tentunya di samping segala aturan dan ketetapan-Nya (poin 1), yang telah diciptakan-Nya sebelumnya, yang memang pasti mengatur segala proses interaksi antar elemen tersebut. Sedangkan proses penciptaan yang paling awalnya atas elemen-elemen yang paling dasar tersebut, berikut urutannya, telah dijelaskan pula pada tabel di bawahnya (poin 1). Namun urutan itu pada dasarnya hanya berupa pertimbangan logis semata, pada kenyataannya, segala 'Aturan-Nya', 'Materi terkecil', 'Ruh' dan 'Energi' bahkan justru bisa diciptakan-Nya secara bersamaan dan sekaligus keseluruhannya, pada saat paling awalnya. Terlebih lagi karena keempatnya memang amat saling terkait, yang telah ditunjukkan melalui garis dan panah penghubung pada gambar. Serta hubungan atau interaksi ini seluruhnya pasti diatur oleh 'Aturan-Nya' (poin 1 di tengah-tengah gambar).

Gambar skema sederhana penciptaan elemen dasar alam semesta



Urutan penciptaan alam semesta ini menurut teori 'Big Light', sejak saat yang paling awalnya (saat alam semesta belum ada), sampai saat yang paling akhirnya (akhir jaman), telah diungkap pada tabel berikut. Sedangkan urutan terkait menurut teori 'Big Bang', juga telah diungkap di bagian bawah artikel/posting sekarang. Dengan membandingkan urutan dan penjelasannya, tentunya umat semestinya bisa menemukan sejumlah besar perbedaan di antara kedua teori, di samping juga ada kesamaan pada sejumlah aspek tertentu.

Urutan penciptaan alam semesta ini menurut teori 'Big Light', secara ringkasnya yaitu:

    Jaman penciptaan          (awal keberadaan materi, ruh dan energi)
    Jaman sub-atom            (penampakan "sinar alam semesta")
    Jaman atom                  (pembentukan elemen purba)
    Jaman inti-pusat            (pembentukan "kabut alam semesta")
    Jaman bola api              (pembentukan benda langit)
    Jaman interaksi             (tabrakan antar benda langit)
    Jaman kestabilan           (pembentukan formasi benda langit)
    Jaman perluasan           (ekspansi alam semesta)
    Jaman 'supernova'         (langit 'terbelah')
    Jaman 'black hole'          ('kematian' benda langit)
    Jaman kegelapan           ('kematian' alam semesta)
    Jaman kehancuran         ("jika dikehendaki-Nya")

Sedangkan urutan terkait menurut teori 'Big Bang', yaitu:

    Kejadian 'Big Bang'
    Kejadian 1 x 10-36 detik setelah 'Big Bang'.
    Keadaan tingkat energi amat tinggi, kejadian 1 detik setelah 'Big Bang'.
    Pembentukan elemen-elemen dasar, kejadian 3 menit setelah 'Big Bang'.
    Pendinginan alam semesta, kejadian 5 x 105 tahun setelah 'Big Bang'.
    Kelahiran bintang dan galaksi, kejadian 1 x 109 tahun setelah 'Big Bang'.
    Jaman quasar, kejadian 3 x 109 tahun setelah 'Big Bang'.
    Awal terjadinya Supernova, kejadian 6 x 109 tahun setelah 'Big Bang'.
    Kelahiran Matahari, kejadian 5 x 109 tahun sebelum saat ini.
    Tabrakan antar galaksi, kejadian 3 x 109 tahun ke depan.
    Galaksi lenyap, kejadian 1 x 1011 tahun ke depan.
    Jaman bntang berakhir, kejadian 1 x 1012 tahun ke depan.
    Jaman degenerasi, kejadian 1 x 1037 tahun ke depan.
    Jaman 'black hole', kejadian 1 x 10100 tahun ke depan.
    Jaman kegelapan, kejadian lebih dari 1 x 10100 tahun ke depan.




Adapun penjelasan yang lebih lengkapnya atas urutan penciptaan alam semesta ini menurut teori 'Big Light', yaitu: Proses penciptaan alam semesta menurut teori 'Big Light' ("sinar alam semesta")

Keadaan sebelum penciptaan

Hanya keadaan 'ketiadaan' (hanya ruang tak-terbatas yang kosong atau hampa sama sekali, tanpa ada sesuatupun materi ataupun zat ciptaan-Nya di dalamnya). Dan semata-mata hanya ada Zat Allah, Yang Maha Esa, Maha pencipta, Maha awal dan Maha kekal.

Namun sebelum peristiwa 'Big Light' (sebelum penciptaan alam semesta ini), telah diciptakan-Nya terlebih dahulu segala ketetapan atau ketentuan-Nya bagi alam semesta ini (ciptaan-Nya yang berupa non zat, termasuk aturan-Nya atau sunatullah). Dan semuanya telah tercatat pada kitab mulia (Lauh Mahfuzh) di sisi 'Arsy-Nya, yang sangat mulia dan agung.

Tahapan proses penciptaan

1. Jaman penciptaan (awal keberadaan materi, ruh dan energi)
Pada saat paling awal diciptakan-Nya relatif singkat, bersamaan dan sekaligus:

a.     Tak-terhitung jumlah materi yang paling kecil, ringan dan sederhana (atau disebut 'materi terkecil'), sebagai zat yang paling dasar penyusun segala jenis benda mati, sekaligus sebagai materi pembawa unit energi terkecil.

b.     Tak-terhitung jumlah zat ruh, sebagai zat yang paling dasar penyusun kehidupan segala jenis zat makhluk-Nya ataupun segala jenis zat ciptaan-Nya. Zat-zat ruh ini sekaligus pula ditiupkan-Nya ke tiap 'materi terkecil' di atas.

Dan hal inilah bentuk paling dasar dari "proses ditiupkan-Nya zat ruh". Sedangkan segala proses peniupan berikutnya yang disebut-sebut dalam kitab suci Al-Qur'an pada dasarnya berupa "proses ditiupkan-Nya zat ruh (beserta zat 'materi terkecil' yang terkait), ke 'benih' tubuh wadah suatu makhluk hidup nyata".

c.     "Energi awal alam semesta", sebagai energi panas pemicu bagi tercipta dan berjalannya seluruh alam semesta ini, bahkan sampai saat terakhirnya (biasa disebut 'akhir jaman'). "Energi awal alam semesta" inilah yang telah menghidupkan atau menggerakkan 'sebagian dari' seluruh zat ruh (hanya zat-zat ruh yang kira-kira berada dalam wilayah ruang alam semesta saat ini). Sehingga zat-zat ruh (terutama zat-zat ruh para makhluk hidup gaib) juga biasa disebut "diciptakan-Nya dari 'cahaya', 'api' dan 'api yang panas'" (lebih umumnya lagi dari 'energi').

Proses lebih jelasnya, secara hipotesis diduga segala 'materi terkecil' diciptakan-Nya tersusun merata di seluruh ruang tempat alam semesta ini berada (ruang tak-terbatas, yang telah terjangkau ataupun belum oleh manusia). Sedangkan ruang yang telah terpakai oleh alam semesta saat ini hanya sebagian amat sangat kecil, daripada seluruh volume ruang tak-terbatas itu. Sehingga seluruh ruang tak-terbatas ini pada awalnya terisi oleh semacam gas (bukan gas yang tersusun dari atom-atom, namun dari segala 'materi terkecil'), yang amat sangat ringan, transparan, gelap dan dingin (suhu nol mutlak sebenarnya, atau sama sekali tidak ada 'materi terkecil' yang bergerak).

Lalu pada sebagian amat sangat sedikit daripada seluruh 'materi terkecil' itu (hanya sebagian yang ikut menyusun seluruh alam semesta saat ini), diberikan-Nya energi panas untuk bisa bergerak ("energi awal alam semesta"). Segala 'materi terkecil' yang digerakkan-Nya ini tersusun berupa suatu bola gas raksasa (walau tetap hanya berupa suatu titik amat sangat kecil, jika dibanding seluruh ruang tak-terbatasnya).

Tentunya pemberian energi terfokus atau dimulai dari titik pusat bola gas raksasa itu ('materi terkecil' pada pusatnya paling panas dan paling cepat gerakannya). Sedangkan makin menjauh dari titik pusat bola gas, sampai ke permukaannya, 'materi terkecil'-nya makin kecil energi panasnya ataupun makin lambat gerakannya. Dan daerah sekitar 'pusat' bola gas raksasa itulah yang nantinya menjadi tempat terbentuk dan beradanya sesuatu benda langit yang terbesar, di antara segala benda langit lainnya, yang disebut di sini sebagai "pusat alam semesta".

Seluruh alam semesta pada dasarnya tetap mengambang atau melayang relatif 'tanpa bergerak' sama sekali di tengah-tengah seluruh 'materi terkecil' dalam ruang tak-terbatas, bahkan walaupun telah dipanasi-Nya (tidak menguap sama sekali).

Dengan adaya "energi awal alam semesta" itu, seluruh 'materi terkecil' penyusun seluruh alam semesta saat ini, menjadi berpijar dengan amat sangat panas dan juga bergerak amat sangat bebas secara acak (sesuai dengan teori konveksi atau perpindahan materi, sambil disertai dengan saling bertumbukannya materi).
Namun bentuk alam semesta sama sekali belum tampak (sinar pijaran dari seluruh 'materi terkecil' mustahil bisa ditangkap oleh segala alat dan indera manusia, jika 'diibaratkan' manusia telah ada saat itu). Sehingga "sinar alam semesta" atau 'Big Light' pada dasarnya telah ada terjadi saat paling awal proses penciptaan alam semesta ini, namun belum tampak.

Sejak setelah proses penciptaan 'pertama' di atas, segala proses penciptaan selanjutnya pasti mengikuti sunatullah, yang berupa segala aturan atau rumus proses kejadian yang 'pasti' dan 'jelas'. Lebih tepatnya, sunatullah bersifat 'mutlak' (pasti terjadi) dan 'kekal' (pasti konsisten).

Dan tentunya "energi awal alam semesta" yang bentuk awalnya hanya berupa energi panas, sampai akhir jaman jumlah total 'energi'-nya tetap tidak berubah, namun secara perlahan-lahan terus-menerus berubah menjadi segala bentuk energi lainnya (energi potensial atau energi gravitasi, energi thermal atau energi dalam, energi suara, energi pegas, energi elektromagnetik, dsb). Sedangkan energi panas itu sendiri pada dasarnya sebanding dengan energi kinetik atau energi gerak rata-rata, dari seluruh partikel dalam suatu sistem tertentu yang ditinjau.

Maka alam semesta dan segala proses di dalamnya (termasuk proses-proses di bawah secara terurut), pada dasarnya terus-menerus makin mendingin, sampai pada tingkat kestabilan tertentu di akhir jaman (baca pula proses terakhir di bawah). Dan saat awalnya segala benda langit masih bersatu-padu berupa segala 'materi terkecil'.

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui, bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya (masing-masing dibentuk-Nya). …" − (QS.21:30).

2.  Jaman sub-atom (penampakan "sinar alam semesta")
   
Dengan saling bergerak amat sangat cepat, bebas dan acak, antar 'materi terkecil' juga saling bertumbukan dan berreaksi. Sehingga mulai terbentuk berbagai partikel sub-atom atau partikel dasar, yang berukuran lebih besar, seperti: quark, elektron, photon dan neutrino. Lalu proton dan neutron juga mulai terbentuk.
Partikel-partikel yang baru terbentuk ini juga tetap bergerak relatif amat sangat cepat, bebas dan acak.

Segala reaksi penggabungan partikel-partikel sub-atomik yang lebih kecil (bahkan termasuk dari 'materi terkecil'), menjadi partikel-partikel sub-atomik yang lebih besar di atas, pada dasarnya juga "reaksi fusi nuklir" dalam pengertiannya yang lebih luas. Sehingga "reaksi fusi nuklir" bukan hanya sekedar reaksi penggabungan antara partikel-partikel inti atom saja (proton dan neutron), yang lebih umum dikenal, karena penggabungan partikel-partikel sub-atomik yang lebih kecil justru juga menghasilkan efek-efek yang serupa (hanya berbeda-beda tingkat energi yang dihasilkan).

Saat inilah keseluruhan alam semesta mulai bisa tampak, dalam bentuk suatu sinar yang amat sangat panas, terang, putih dan merata ("sinar alam semesta" atau 'Big Light'). 'Big Light' ini terjadi karena sebagian dari "energi awal alam semesta" telah berubah bentuk menjadi energi hasil tak-terhitung jumlah reaksi fusi nuklir (reaksi penggabungan partikel-partikel sub-atomik), serupa halnya dengan energi panas radiasi sinar Matahari saat ini, namun justru terjadi di 'seluruh' alam semesta ini.

Sehingga 'Big Light' ini pada dasarnya berlangsung relatif cukup lama (diduga selama ribuan tahun), terutama sejalan dengan proses pembentukan photon, sampai relatif hampir tidak ada lagi photon bebas (relatif seluruhnya telah menyatu ke dalam segala sistem atom). Padahal diketahui, bahwa definisi umum dari 'sinar atau cahaya' itu sendiri adalah pancaran-emisi dari paket-paket kecil materi yang berupa 'photon'.

Di mana 'Big Light' secara 'keseluruhannya', sejak bentuk awalnya yang belum tampak, lalu mulai tampak setelah terbentuknya photon-photon dan terus-menerus makin terang, sampai saat tingkat tertinggi jumlah emisi photon, lalu perlahan-lahan makin meredup kembali sinarnya. Lebih tepatnya, sinarnya makin terfokus pada berbagai titik tertentu saja di seluruh alam semesta. Titik-titik fokus ini bukan titik-titik yang diam di tempat, namun terus-menerus bergerak dengan relatif amat cepat, bebas dan acak. Dan titik-titik fokus ini tentunya belum terbentuk pada jaman sub-atom sekarang ini, namun terbentuk pada jaman-jaman berikut.

3. Jaman atom (pembentukan elemen purba)

Dengan makin mendinginnya alam semesta, tak-terhitung jumlah proton dan neutron bersama-sama membentuk inti-pusat-nukleus dari elemen-elemen sederhana, seperti atom-atom gas Hidrogen dan gas Helium.

Melalui reaksi fusi nuklir yang terus-menerus, sebagian dari elemen-elemen sederhana itu berubah menjadi berbagai jenis atom yang lebih berat, sampai membentuk atom-atom 'pusat' (atom-atom yang relatif amat sangat besar massa jenis, gravitasi dan titik leburnya). Namun seluruh atom itu masih berbentuk berupa atom gas, yang juga bergerak relatif amat cepat, bebas dan acak, karena memang masih amat sangat panas.

4. Jaman inti-pusat (pembentukan "kabut alam semesta")

Atom-atom 'pusat' itu menjadi cikal-bakal bagi pembentukan seluruh benda langit di alam semesta ini. Bersama dengan makin mendinginnya alam semesta ini, atom-atom 'pusat' itulah yang pertama-tama paling cepat berubah bentuk menjadi 'padat' dan paling stabil, namun masih amat panas. Lalu dengan massa dan gravitasinya yang relatif amat sangat besar, atom-atom 'pusat' itupun mulai membentuk alam semesta, menjadi kantung-kantung kecil gas, asap atau kabut panas, yang terus-menerus bergerak cukup cepat, bebas dan acak (tidak lagi berupa sinar yang amat terang dan merata).

Atom-atom 'pusat' juga terus-menerus bertumbukan dan berreaksi dengan atom-atom 'pusat' lainnya di dekatnya, untuk membentuk molekul, butir ataupun benda inti-pusat bagi segala benda langit. Sehingga masing-masing kantung gas atau kabut panas makin lama makin membesar, yang di tengahnya terdapat bola-bola api yang berukuran relatif kecil, yang juga makin membesar. Seluruh alam semesta pada saat ini banyak dipenuhi oleh bola-bola api semacam ini, yang bergerak relatif cepat, bebas dan acak. Dan secara umum, segala benda langit masih berupa asap atau kabut.

"Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: 'Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku (masing-masing dihadirkan atau dibentuk-Nya), dengan suka hati atau terpaksa'. Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka hati'." − (QS.41:11).

5. Jaman bola api (pembentukan benda langit)

Sejalan dengan makin mendinginnya alam semesta, dan telah terbentuknya inti-pusat benda-benda langit, sebagian dari atom dan molekul gas di sekeliling inti-pusat itu bisa berubah bentuk menjadi 'cair' dan 'padat', dan tertarik oleh gravitasi inti-pusat benda langitnya masing-masing, sehingga ukuran tiap benda langitnya juga makin membesar.

Bentuk awal dari hampir seluruh satelit, planet, bintang, pusat galaksi, dsb, terbentuk pada jaman ini, dan umumnya masih berbentuk berupa bola-bola api. Tentunya hal ini relatif tidak berlaku pada benda-benda langit yang terbentuk jauh 'belakangan' (seperti: komet, meteor, asteroid, debu antariksa, dsb), yang berasal dari reruntuhan sisa hasil tabrakan antar benda-benda langit.

Sementara di lain pihak, segala tabrakan antar bola-bola api itu sendiri justru relatif tidak menimbulkan reruntuhan, bahkan 'menyatu' membentuk bola-bola api yang lebih besar. Terutama karena bola-bola api itu sebagian besarnya masih tersusun dari materi inti-pusat, yang massa jenis dan gaya gravitasinya memang relatif amat sangat besar, serta sekaligus masih amat panas.

Namun ada anggapan yang relatif keliru tentang pembentukan benda langit, termasuk yang terkait dengan teori 'Big Bang'. Karena pada teori 'Big Bang', peranan inti-pusat benda-benda langit justru relatif kurang diperhatikan, dari anggapannya seperti "pembentukan satelit dan planet berawal dari kabut di sekeliling bintang induknya, ataupun pembentukan bintang berukuran kecil berawal dari kabut hasil Supernova pada bintang berukuran besar". Dan bahkan sebagian besar ilmuwan barat juga beranggapan keliru, bahwa inti-pusat dari benda-benda langit justru tersusun dari 'besi'. Padahal 'besi' bukan materi inti-pusat yang sebenarnya ('besi' hanya di bagian kulit terluarnya saja).

Padahal benih dasar bagi pembentukan segala benda langit (inti-pusatnya), justru telah terbentuk jauh sebelumnya (ketika awal penciptaan alam semesta). Karena materi-materi inti-pusat yang bermassa relatif amat sangat berat itu, justru hanya bisa terbentuk ketika tingkat energi panas masih amat sangat tinggi. Adapun kabut di sekeliling bintang ataupun kabut hasil Supernova pada dasarnya hanya makin menambah ukuran benda langit, yang 'melintas' di dekat kabut-kabut tersebut. Terutama lagi karena kabut-kabut itu sendiri hanya terdiri dari materi-materi yang relatif amat ringan saja (bukan materi-materi penyusun inti-pusat benda langit).

Pada akhirnya proses pembentukan segala benda langit berukuran relatif besar (satelit, planet, bintang, pusat galaksi, dsb), memang sangat tergantung kepada jenis materi penyusun dan ukuran inti-pusatnya (lebih ringkasnya, tergantung kepada berat inti-pusatnya), di samping itu juga tergantung kepada hasil interaksi antar benda langit di dekatnya. Dan berat inti-pusat dan interaksi antar benda langit inilah yang relatif paling menentukan hampir seluruh sifat suatu benda langit (ukuran dan berat keseluruhan, medan gravitasi dan medan magnetik, bentuk, formasi dan pergerakan, umur dan keaktifan, kilauan cahaya, dsb).

Sedangkan segala jenis materi lainnya penyusun suatu benda langit (dari materi di sekeliling inti-pusatnya, sampai materi di atmosfirnya), justru relatif hanya mengikuti sifat-sifat inti-pusatnya. Termasuk karena segala jenis materi di seluruh alam semesta justru tersebar secara homogen (relatif seragam) dan isotropi (relatif merata).

"Sesungguhnya, Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang," − (QS.37:6) dan (QS.67:5, QS.41:12, QS.86:3).

"Tidakkah kamu perhatikan, bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat." dan "Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya, dan menjadikan matahari sebagai pelita." − (QS.71:15-16) dan (QS.78:12-13).

6. Jaman interaksi (tabrakan antar benda langit)

Namun bersamaan dengan proses pembentukannya, justru masing-masing benda langit juga masih bergerak dengan relatif bebas dan acak. Sehingga didukung paling utamanya oleh interaksi medan gravitasinya, benda-benda langit yang masih berbentuk bola-bola api itu justru amat banyak yang saling bertabrakan.

Dengan tingkat energi yang masih tinggi pada jaman ini, ataupun umur benda-benda langit yang masih relatif muda, maka benda-benda langit itu sebagian besarnya masih tersusun dari materi inti-pusat, yang massa jenis dan gravitasinya memang relatif amat sangat besar. Sehingga segala tabrakan antar benda-benda langit pada jaman ini relatif hampir tidak menimbulkan reruntuhan, namun justru 'menyatu' membentuk benda-benda langit yang berukuran lebih besar.

Dalam konteks ini bisa disebut pula, bahwa segala tabrakan antar benda-benda langit yang telah membentuk benda-benda langit berukuran relatif amat kecil, sebagai reruntuhan hasil tabrakan (komet, meteor, asteroid, debu antariksa, dsb), justru belum terjadi pada jaman ini (lebih tepatnya terbentuk pada jaman kestabilan di bawah).

Demikian pula halnya penjelasan atas bentuk hampir seluruh benda-benda langit berukuran relatif besar (satelit, planet, bintang, pusat galaksi, dsb), yang justru berupa bola bulat sempurna ataupun bola bulat agak lonjong sedikit (bukan berbentuk berupa bebatuan tak-beraturan, seperti komet, meteor dan asteroid). Karena pada jaman ini, hampir seluruh materi di permukaannya masih melebur dengan relatif amat panas, sehingga bentuknya masih mudah menyesuaikan diri dengan pengaruh gravitasi dan gerak rotasi dari inti pusatnya.

Pada akhirnya jumlah benda-benda langit ataupun jumlah tabrakan antar benda langit menjadi amat jauh berkurang, sampai pada tingkat yang amat minimal, walau ukurannya masing-masing juga makin besar. Hal inipun mengakibatkan prosentase ruang antariksa yang 'kosong' menjadi amat besar (diperkirakan sekitar 95%).

Hal-hal di atas sekaligus membantah berbagai anggapan, seperti "berbagai benda langit yang berukuran relatif besar (satelit, planet, bintang, pusat galaksi, dsb), terutama terbentuk dari reruntuhan hasil tabrakan antar benda langit, ataupun dari debu sisa hasil ledakan Supernova". Padahal inti-pusat masing-masing benda-benda langit justru telah terbentuk jauh sebelumnya, Sedangkan hasil tabrakan dan ledakan itu hanya memperbesar jumlah materi ataupun ukuran benda langitnya saja.

7. Jaman kestabilan (pembentukan formasi benda langit)

Bersamaan dengan makin berkurangnya tabrakan antar benda langit, khususnya yang berukuran relatif besar, maka pola pergerakan benda-benda langit juga makin stabil, sebagai hasil dari makin kuatnya pengaruh interaksi medan gravitasi dan medan magnetnya, lebih utamanya terhadap benda langit pusat orbitnya masing-masing ataupun terhadap benda-benda langit lainnya di dekatnya. Hal ini tentunya juga makin memperjelas bentuk susunan, kelompok ataupun formasi benda-benda langit, menjadi sistem planet, sistem bintang, sistem galaksi dan berbagai sistem lainnya.

Tentunya jaman kestabilan ini seperti jaman-jaman lainnya juga bersifat relatif, tergantung kepada kelompok benda langit tertentu saja (sistem bintang, sistem galaksi, dsb). Karena ada kelompok benda langit yang bisa lebih 'cepat' mencapai jaman kestabilan ini, ada pula yang bisa lebih 'lambat' mencapainya.

Benda-benda langit makin berkumpul pada daerah keseimbangan medan magnet dari benda langit pusatnya masing-masing (daerah ekuatorialnya), sehingga bentuk sistem bintang, galaksi dan keseluruhan alam semesta, menjadi relatif lebih 'datar'.

Bersamaan itu pula interaksi medan gravitasi makin stabil dan seimbang, antar benda langit terdekat, ataupun antar tiap benda langit dengan benda langit pusat orbitnya. Hal ini menjadikan benda-benda langit memiliki jarak orbit tertentu, dari benda langit pusatnya masing-masing, sesuai dengan posisi awal, massa dan kecepatan geraknya. Namun ada pula benda-benda langit yang hanya 'melayang-layang' dalam daerah keseimbangan medan gravitasi antar benda langit di dekatnya (relatif tanpa memiliki pola gerak revolusi tertentu ataupun tanpa memiliki pusat orbit). Hal yang seperti ini umumnya terjadi pada meteor, kelompok asteroid dan kelompok debu antariksa.

Tentunya sejalan dengan makin mendinginnya alam semesta, benda-benda langit yang berukuran relatif kecil (satelit, planet, dsb), juga tidak lagi berupa bola-bola api ataupun bola-bola yang amat panas, namun telah makin stabil dan berupa bola-bola padat dan dingin. Sedangkan benda-benda langit yang berukuran relatif besar (bintang, pusat galaksi, dsb), dengan tekanan gravitasinya yang memang relatif amat besar, justru masih berupa bola-bola api yang amat panas dan bersinar. Di samping itu, hampir semua atom bebas dan debu di antariksa telah makin berkurang dan telah 'mengikuti' benda-benda langit terdekat, yang medan gravitasinya paling kuat berpengaruh terhadapnya, sehingga ukuran benda-benda langitnya masing-masing juga makin besar.

Selama proses perubahan pola pergerakan dan formasi benda-benda langit pada jaman ini untuk menuju ke keadaan stabilnya, tentunya masih ada pula tabrakan antar benda langit berukuran relatif besar, terutama antar planet dan satelit, yang memang telah berbentuk padat. Tabrakan seperti inilah yang pada dasarnya menimbulkan benda-benda langit berukuran relatif amat kecil, sebagai reruntuhan sisa hasil tabrakannya (komet, meteor, asteroid, debu antariksa, dsb).

Dan tentunya selain dengan planet dan satelit, tabrakan antar benda langit pada jaman ini juga terjadi dengan komet, meteor dan asteroid. Hal seperti inilah yang telah banyak memusnahkan kehidupan purba di Bumi.
Namun jumlah keseluruhan tabrakan inipun makin lama makin jauh berkurang, sampai pada tingkat yang paling minimal.

Pada akhirnya pola pergerakan dan formasi benda-benda langit juga telah relatif menyerupai keadaan kestabilan pada sistim Tata surya ataupun sistim galaksi Bima sakti pada saat sekarang ini.

"Maha Suci Allah, Yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang, dan Dia menjadikan juga padanya, matahari dan bulan yang bercahaya." − (QS.25:61) dan (QS.15:16, QS.85:1).

"Maka Aku bersumpah, dengan Rabb Yang Mengatur, tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang. Sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa." − (QS.70:40) dan (QS.56:75, QS.81:15-16, QS.53:1).

"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan, untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu, benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi kaum yang memahami(nya)." − (QS.16:12) dan (QS.7:54, QS.22:18, QS.13:2, QS.14:33, QS.21:33, QS.36:37-38, QS.36:40, QS.55:5, QS.39:5, QS.31:29, QS.35:13).

"Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah, Yang Maha Perkasa, lagi Maha Mengetahui." − (QS.6:96) dan (QS.16:16, QS.10:5).

8. Jaman perluasan (ekspansi alam semesta)

Bagi sistim galaksi Bima sakti, 'saat sekarang' telah termasuk dalam jaman perluasan ini. Di mana benda-benda langit yang tidak bersinar, temperaturnya telah mencapai keadaan stabil, seperti keadaannya saat ini (relatif padat dan dingin). Sedangkan benda-benda langit yang bersinar (bintang, pusat galaksi, dsb), tentunya tetap terus memancarkan energi panas radiasi sinarnya ke daerah sekelilingnya, sebagai hasil dari reaksi fusi nuklir di permukaannya. Sehingga benda-benda langit yang bersinar itupun perlahan-lahan makin menurun ukuran, energi panas dan medan gravitasinya.

Hal ini akhirnya menjadikan jarak antara benda-benda langit terhadap benda langit pusat orbitnya masing-masing, juga perlahan-lahan makin saling menjauh (atau biasa disebut "alam semesta 'teramati' berekspansi makin meluas").

Pada jaman ini telah mulai terjadi 'Supernova', yang berupa ledakan amat besar pada setiap bintang yang telah 'hampir mati' (tidak ada lagi keadaan dan bahan bakar pemicu bagi terjadinya ledakan fusi nuklir secara alamiah, dari dan oleh sistem bintang itu sendiri). Supernova terjadi akibat dipicu oleh benda-benda langit lain di sekitarnya, termasuk sebagai hasil dari pergeseran perlahan-lahan lintasan benda-benda langit, akibat dari adanya perluasan atau ekspansi di atas.

Suatu Supernova sekaligus menandai akhir dari suatu bintang terkait, sebagai bintang normal seperti biasanya, untuk menjadi 'black hole' ataupun 'bintang neutron', yang bahan bakar nuklirnya relatif telah terbakar semuanya, secara 'sekaligus'. Sehingga Supernova pada awalnya terutama terjadi pada berbagai pusat galaksi dan bintang yang berukuran besar, karena massa, ukuran, tekanan dan temperaturnya memang amat sangat besar, sehingga relatif paling mudah menguapkan dan membakar semua bahan bakar nuklirnya.

Dan tentunya uraian di atas sekaligus membantah anggapan, bahwa perluasan atau ekspansi alam semesta dimulai dari suatu titik (dari bola yang amat sangat besar, panas dan padat), seperti halnya yang disebut pada teori 'Big Bang'. Padahal ekspansinya terpusat dari banyak titik (dari hampir semua pusat benda langit).

Penting pula diketahui, bahwa pada tingkat pergeseran lintasan benda-benda langit yang telah cukup ekstrim, maka Bumi juga akan bisa relatif banyak bertabrakan yang menimbulkan ledakan hebat, ataupun dilintasi dengan relatif cukup dekat oleh benda langit lainnya, dari yang berukuran relatif besar sampai yang amat kecil. Sehingga pada saat seperti ini, Bumi juga akan bisa mencapai keadaan 'akhir jaman'.

"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." − (QS.51:47).

"Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang, (sebagaimana) yang kamu lihat, …" − (QS.13:2).

"dan apabila (di Hari Kiamat) gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu," − (QS.77:10) dan (QS.81:3, QS.69:14).

"apabila (di Hari Kiamat) bumi diratakan," − (QS.84:3).

"Telah dekat (datangnya) saat itu (Hari Kiamat) dan telah terbelah bulan." − (QS.54:1).

"dan apabila (di Hari Kiamat) lautan dijadikan meluap," − (QS.82:3).

"dan apabila (di Hari Kiamat) lautan dipanaskan." − (QS.81:6).

9. Jaman 'supernova' (langit 'terbelah')

Jaman ini terjadi karena makin banyak benda-benda langit yang bersinar (terutama bintang-bintang dan quasar-quasar), yang telah berakhir segala keadaan dan bahan bakar pemicu bagi terjadinya ledakan fusi nuklir secara alamiah (disebut bintang 'mati'). Sekaligus jaman ini merupakan 'akhir jaman' bagi kehidupan makhluk pada planet-planet dalam sistem bintang terkait, yang tidak lagi bisa memancarkan energi panas sinarnya.

Seperti telah disinggung di atas, bersamaan dengan makin meluasnya alam semesta, maka ada pula sedikit pergeseran lintasan pergerakan benda-benda langit. Hal ini mengakibatkan banyak bintang 'mati' yang masih bisa berinteaksi dengan benda-benda langit lain di sekitarnya, dan menjadikan bintang 'mati' itu kembali bisa menghasilkan ledakan fusi nuklir, yang amat sangat besar (Supernova) ataupun ledakan lebih kecil (Nova). Dan Nova ataupun Supernova itupun biasanya menandai betul-betul berakhirnya suatu bintang (tidak bersinar lagi), lalu berubah menjadi 'black hole' ataupun 'bintang neutron'.

Namun ada anggapan yang cukup keliru tentang Supernova, karena Supernova dianggap bisa melahirkan benda-benda langit yang berukuran lebih kecil. Padahal suatu ledakan fusi nuklir (termasuk Supernova), justru tidak bisa menghancurkan atau memecah inti-pusat benda langitnya. Padahal ledakan seperti itu justru telah terjadi sebelumnya terus-menerus selama milyaran tahun, namun juga tidak menghancurkannya.

Sehingga Supernova bukan menyebarkan materi inti-pusat bagi pembentukan benda-benda langit baru. Namun Supernova hanya memancarkan atau menyebarkan materi-atom yang relatif jauh lebih ringan (partikel, debu dan gas), ke benda-benda langit yang telah ada sebelumnya, yang kebetulan melintas ataupun berada di dekat Supernova. Sehingga benda-benda langit inipun menjadi lebih aktif (terutama pada bintang-bintang), ataupun ukurannya menjadi makin besar.

Dan tentunya peristiwa Supernova makin jauh berkurang pula sampai pada tingkat paling minimal, sejalan dengan makin berkurangnya interaksi antar benda-benda langit, terutama melalui pancaran ataupun perpindahan materinya. Penting pula diketahui, bahwa pada saat bintang-bintang di dalam sistem galaksi Bima sakti telah banyak yang mengalami Supernova, maka pada berbagai saat, dari Bumi juga akan bisa terlihat langit yang seolah-olah terbelah, terpecah atau terbakar oleh ledakan hebat, serta relatif penuh dengan kabut dan debu.

"Dan (ingatlah) hari (Kiamat, ketika) langit pecah-belah mengeluarkan kabut, dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang." − (QS.25:25) dan (QS.73:18).

"Maka apabila (di Hari Kiamat) langit telah terbelah, dan menjadi merah mawar seperti (kilapan lampu) minyak." − (QS.55:37) dan (QS.77:9, QS.82:1, QS.84:1).

"dan terbelahlah langit, karena pada hari (Kiamat) itu langit menjadi lemah." − (QS.69:16).

"dan apabila (di Hari Kiamat) bintang-bintang telah berjatuhan," − (QS.81:2) dan (QS.82:2).

10. Jaman 'black hole' ('kematian' benda langit)
   
Sejalan dengan makin berkurang pancaran ataupun perpindahan materi, dari suatu benda langit ke benda langit lainnya, maka semua benda langit makin tidak bersinar lagi. Sampai akhirnya makin banyak yang berubah menjadi 'black hole' ataupun 'bintang neutron'. Juga semua benda langit makin tidak lagi mengalami perubahan bentuk, massa dan ukurannya.

Hal ini benar-benar makin membentuk keseimbangan medan gravitasi dan medan magnet untuk yang terakhir kalinya, ke arah yang paling stabil. Dan sekaligus pula menandai akhir dari perluasan atau ekspansi keseluruhan alam semesta 'teramati'.

Pada jaman inilah segala benda langit telah memiliki pola pergerakan yang paling stabil. Hampir seluruh "energi awal alam semesta" telah berubah menjadi energi kinetik, energi medan gravitasi dan medan magnet pada seluruh benda langit, yang juga telah paling stabil. Kalaupun masih ada energi panas, hal ini hanya terjadi dalam perut benda-benda langit di sekitar bagian inti-pusatnya, serta telah berupa sesuatu siklus yang berulang-ulang relatif tanpa akhir (siklus tekanan, temperatur dan aliran perputaran materi dalam perut benda langit).

"(Yaitu) pada hari (Kiamat) Kami menggulung langit sebagai (seperti) menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama (alam semesta), begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya." − (QS.21:104).

"Apabila (di Hari Kiamat) matahari telah digulung," − (QS.81:1).

11. Jaman kegelapan ('kematian' alam semesta)

Pada jaman ini siklus tekanan, temperatur dan aliran perputaran materi dalam perut benda-benda langit telah relatif berhenti, karena telah makin mendinginnya keseluruhan alam semesta, atau isi perut benda-benda langit telah membeku seluruhnya, walau relatif tetap cukup hangat. Sedangkan di bagian permukaan benda-benda langit, seluruhnya telah relatif dingin membeku pada tingkat temperatur yang paling minimal (walau temperaturnya masih tetap di atas suhu nol mutlak sebenarnya).

"Energi awal alam semesta" yang awalnya seluruhnya berupa energi panas, relatif telah berubah sepenuhnya menjadi energi kinetik, energi medan gravitasi dan medan magnet pada seluruh benda langit. Seluruh alam semesta juga telah berakhir, pada keadaan yang amat sangat gelap, dingin dan sekaligus 'berjalan' dengan amat sangat stabil.

Hal yang amat penting lainnya, kehidupan 'lahiriah-fisik-duniawi' pada segala zat makhluk-Nya (nyata dan gaib), telah benar-benar berakhir. Dan seluruhnya hidup di alam arwah atau alam ruh yang bersifat kekal dan gaib, sesuai tugas-amanatnya yang telah diberikan-Nya dan sekaligus sesuai amal-perbuatannya masing-masing.

"dan apabila (di Hari Kiamat) langit telah dilenyapkan," − (QS.81:11).

"Maka apabila (di Hari Kiamat) bintang-bintang telah dihapuskan," − (QS.77:8).

"dan apabila (di Hari Kiamat) bulan telah hilang cahayanya," dan "dan matahari dan bulan dikumpulkan (sama-sama berada dalam kegelapan)," – (QS.75:8-9).

12. Jaman kehancuran ("jika dikehendaki-Nya")

Sekali lagi "jika dikehendaki-Nya", Allah Yang Maha kuasa bisa pula menghancurkan atau memusnahkan seluruh alam semesta dan segala isinya ini (termasuk segala zat ruh makhluk-Nya). Namun di dalam kitab suci Al-Qur'an telah dijanjikan-Nya, bahwa segala zat ruh makhluk-Nya akan hidup kekal di alam akhiratnya masing-masing (alam batiniah ruh atau alam pikirannya). Maka seluruh alam semesta dan segala zat ruh makhluk-Nya di dalamnya pada dasarnya justru tidak dihancurkan-Nya. Hal yang dihancurkan-Nya hanya segala kehidupan 'lahiriah-fisik-duniawi' dari segala zat makhluk-Nya.

Dan tentunya hal ini bisa terjadi, karena tiap zat ruh memang hanya memerlukan energi yang amat sangat sedikit saja. Sehingga segala zat ruh tetap bisa hidup dalam keadaan tingkat energi yang paling minimal sekalipun di alam semesta.

"Kami tidak menjadikan hidup (di dunia akan dapat) abadi, bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad). Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?." − (QS.21:34).

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu, dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan." − (QS.21:35) dan (QS.29:57).

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya, pada Hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanya kesenangan yang memperdayakan." − (QS.3:185).

"Pada hari (Kiamat) ini tiap-tiap jiwa diberi balasan, dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya." − (QS.40:17) dan (QS.39:70, QS.82:5, QS.81:14).

"Dan orang-orang yang beriman, serta beramal shaleh, mereka itu penghuni surga, dan mereka kekal (tinggal) di dalamnya." − (QS.2:82) dan (QS.2:25, QS.3:15, QS.3:107, QS.3:136, …)

"dan sesungguhnya, kamu (Adam) tidak akan merasa dahaga, dan tidak (pula) akan ditimpa panas (teriknya sinar) matahari di dalamnya (Surga)'." − (QS.20:119) dan (QS.76:13).

Wallahu a'lam bishawwab. Hanya kepada Allah Yang Maha mengetahui dan Maha menentukan, tempat segala sesuatu urusan dikembalikan.

Catatan atas tahapan proses penciptaan

Teori 'Big Light' adalah kelanjutan ataupun hasil usaha pengembangan lebih detail pada Buku "Menggapai Kembali Pemikiran Rasulullah SAW", atas konsep kosmologi Islam yang disebut dalam kitab suci Al-Qur'an. Terutama karena tahapan proses penciptaan alam semesta dalam kitab suci Al-Qur'an, memang tidak disebut secara relatif lengkap, mengalir, runut atau terurut seperti di atas.

Pengembangan ini dilakukan dengan konsisten mengikuti hukum-hukum alam (sunatullah pada aspek lahiriah), yang telah dikenal oleh umat manusia dan telah terbukti cukup lama. Dan sama sekali tidak memakai berbagai teori ataupun konsep, yang justru belum terbukti dan masih amat misterius, seperti halnya pada berbagai teori tentang 'Big Bang', antara-lain: 'energi gelap', 'materi gelap', 'materi yang hilang', 'inflasi', 'energi vakum', dsb.

Penting diketahui, bahwa semua tahapan proses penciptaan di atas hanya ditinjau secara umum, atau ditinjau dari suatu kelompok benda langit tertentu, misalnya atas sistem galaksi Bima sakti ataupun sistem Tata surya tempat manusia berada. Sedangkan pada sistem galaksi ataupun sistem bintang lainnya, justru bisa mengalami proses yang lebih cepat ataupun lebih lambat, daripada sistem galaksi Bima sakti ataupun sistem Tata surya.

Misalnya saat sekarang ini, ada sistem-sistem galaksi yang baru mengalami proses-proses awal pembentukannya, dan ada pula sistem-sistem galaksi yang sedang mengalami proses-proses akhir menuju 'kematiannya'.

Juga semua tahapan proses penciptaan pada dasarnya tidak terkotak-kotak atau terpisah-pisah dengan tegas, mengikuti urutan di atas, namun hampir semua tahapan prosesnya justru saling bersinggungan ataupun saling terkait. Sehingga suatu tahapan proses tertentu bisa berawal pada tahapan sebelumnya, ataupun bisa berakhir pada tahapan berikutnya. Dan pentahapan ini hanya untuk menunjukkan fokus paling utama kejadiannya, serta kebanyakan uraiannya masih ditinjau dengan sudut pandang dari Bumi.

Dan tiap umat Islam tentunya juga bisa memiliki teorinya masing-masing, tentang urutan penciptaan alam semesta ini, termasuk tentang penempatan yang paling tepat bagi ayat-ayat kitab suci Al-Qur'an yang terkait. Usaha pengungkapan atas teori 'Big Light' dan urutan penciptaan di atas, diharapkan bisa memancing para alim-ulama dan para ilmuwan Muslim, untuk bisa menemukan penjelasan yang makin baik lagi, tentang penciptaan alam semesta ini. Hal ini amat diperlukan, terutama karena keterangan terkait dalam ayat-ayat kitab suci Al-Qur'an memang amat ringkas, serta amat kurang jelas mengungkap urutan proses kejadiannya.

Termasuk agar umat Islam juga tidak terombang-ambing dan hanya mengikuti saja teori atau konsep yang berkembang luas di kalangan negara-negara barat, yang memang relatif lebih maju perkembangan ilmu-pengetahuannya (seperti berbondong-bondong ikut membenarkan teori 'Big Bang'), padahal tanpa memiliki pemahaman yang relatif lengkap dan mendalam, serta bahkan belum tentu sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam.

Urutan penciptaan alam semesta ini menurut teori 'Big Bang'

Sejak awal dikemukakan oleh seorang ilmuwan dan pendeta berkebangsaan Belgia, yang bernama Georges Lemaitre sekitar tahun 1927, sampai saat ini, pada dasarnya teori 'Big Bang' telah mengalami berbagai perubahan dan perbaikan. Maka urutan penciptaan alam semesta ini di bawah hanya salah-satu dari konsep yang berkembang, terutama yang telah dikemukakan oleh NASA (Lembaga Penerbangan dan Antariksa AS) melalui "History of the Universe", yang dikutip kembali dan sekaligus diterjemahkan pada penjelasan berikut.

Proses penciptaan alam semesta menurut teori 'Big Bang' ("ledakan atau dentuman besar")

Keadaan sebelum penciptaan

Belum terjawab cukup jelas tentang keadaan 'sebelum' dan 'saat paling awal' penciptaan alam semesta (detik-detik pertamanya), atau belum ada konsensus antar para penganut teori 'Big Bang' atas hal ini. Terutama karena ada yang menganggap umur alam semesta 'berhingga' (fana) dan ada pula yang menganggap 'tak-berhingga' (kekal).

Tentunya bagi para penganut teori 'Big Bang' yang menganggap umur alam semesta 'tak-berhingga' (kekal), maka keadaan sebelum 'Big Bang' dianggap hanya keadaan akhir dari kejadian 'Big Bang' sebelumnya. Dan 'Big Bang' dianggap sebagai siklus yang terjadi terus-menerus, atau alam semesta dianggap tanpa awal dan tanpa akhir.

Namun dalam perkembangannya saat ini, kebanyakan para kosmolog penganut teori 'Big Bang' justru menganggap umur alam semesta 'berhingga' (fana).

Tahapan proses penciptaan

(Poin 2 s/d 15 di bawah ini, dirangkum dari "History of the Universe". Sedangkan poin 1 ditambahkan oleh penulis, agar bisa menggambarkan bentuk yang paling awalnya).

1. Kejadian 'Big Bang'
   
'Ledakan' yang amat sangat hebat (lebih tepatnya proses percepatan pengembangan alam semesta secara amat cepat, tiba-tiba dan eksponensial), atas suatu bola yang amat sangat besar, panas dan padat, yang meliputi segala materi penyusun keseluruhan alam semesta.

2. Kejadian 1 x 10-36 detik setelah 'Big Bang'.
   
Alam semesta dimulai dari amat banyak jumlah ledakan, yang mengekspansi ruang dan waktu, dan dihasilkan segala materi dan energi di alam semesta. Hal tepatnya yang telah memicu ekspansi amat cepat ini, masih misterius. Para astronom meyakininya sebagai peranan proses 'inflasi' (pemompaan), oleh suatu jenis energi khusus yang bisa berada di dalam ruang vakum ('energi vakum'), yang termobilisasi amat cepat. Inflasi meluas hanya bisa berakhir, setelah energi itu telah berubah menjadi segala jenis materi dan energi yang biasa dikenal saat ini.

3. Keadaan tingkat energi amat tinggi, kejadian 1 detik setelah 'Big Bang'.

Setelah inflasi berakhir, dalam seper sekian detik pertama alam semesta terus meluas, namun kurang begitu cepat lagi. Karena sambil mendinginnya alam semesta, gaya-gaya paling dasar di alam mulai muncul: pertama gravitasi, lalu gaya kuat, yang saling mengikat inti-pusat atom-atom, diikuti oleh gaya lemah dan gaya elektromagnetik. Dalam detik pertama keberadaannya alam semesta tersusun dari partikel-partikel dasar, termasuk quark, elektron, photon dan neutrino. Proton dan neutron lalu mulai terbentuk.

4. Pembentukan elemen-elemen dasar, kejadian 3 menit setelah 'Big Bang'.
   
Dalam beberapa menit berikutnya, alam semesta mulai terbentuk. Dengan jumlahnya yang tak-terhitung, proton dan neutron bersama-sama membentuk inti-pusat dari elemen-elemen sederhana. Di mana alam semesta yang sebagian besarnya masih tersusun dari elemen-elemen ini – Hidrogen dan Helium − juga dianggap sebagai bukti amat kuat atas validasi model 'Big Bang'.

5. Pendinginan alam semesta, kejadian 5 x 105 tahun setelah 'Big Bang'.
   
Untuk 300,000 s/d 500,000 tahun berikutnya ataupun lebih, alam semesta masih berupa suatu kabut besar dari gas panas yang sedang berekspansi. Ketika kabut gas ini telah mendingin sampai pada tingkat suhu kritis tertentu, elektron-elektron bisa bergabung dengan inti-pusat Hidrogen dan Helium. Photon-photon juga tidak begitu berserakan lagi, tetapi masih amat mudah keluar dari atom-atom. Photon-photon yang teremisi masih terlihat pada saat itu, tetapi waktu dan ruang telah mengubahnya ke panjang gelombang mikro. Saat ini, radiasi gelombang mikro latar kosmik itu memberi pandangan bagi para astronom ke masa awal alam semesta.

6. Kelahiran bintang dan galaksi, kejadian 1 x 109 tahun setelah 'Big Bang'.
   
Sambil berjalannya waktu, gaya tarikan gravitasi mulai berperan pada saat awal alam semesta. Hal ini berakibat pada ketidak-teraturan kerapatan gas purba. Bahkan walau keseluruhan alam semesta terus berekspansi, kantung-kantung gas terus makin padat atau tebal. Bintang-bintang berawal dari kantung-kantung gas ini. Kelompok-kelompok bintang lalu membentuk galaksi-galaksi paling awal. Teleskop modern bisa mendeteksi galaksi-galaksi purba ini, sebagaimana kemunculannya saat alam semesta masih berumur hanya semilyar tahun, atau hanya 7% dari umurnya saat sekarang ini.

7. Jaman quasar, kejadian 3 x 109 tahun setelah 'Big Bang'.

Dari 1 s/d 3 milyar tahun setelah 'Big Bang', banyak galaksi kecil yang menyatu menjadi galaksi yang lebih besar, membentuk kumpulan bintang yang menyerupai spiral dan bulatan (dikenal sebagai galaksi eliptis). Seringkali penyatuan itu amat hebat, dimana bintang-bintang dan gas termampatkan ke suatu pusat bersama, serta menjadikannya begitu padat dan membentuk 'black hole' raksasa. Gas yang mengalir ke dalam 'black hole' ini menjadi amat panas untuk bisa bersinar dengan terang, sebelum sinarnya menghilang. Sinar dari 'quasar−quasar' ini bisa terlihat di sepanjang kedalaman alam semesta.

8. Awal terjadinya Supernova, kejadian 6 x 109 tahun setelah 'Big Bang'.
   
Dalam galaksi-galaksi, bersama dengan kelahiran bintang-bintangnya, juga ada bintang-bintang lainnya yang berakhir, yang seringnya melalui ledakan amat besar. Ledakan-ledakan seperti ini disebut 'supernova', yang penting bagi evolusi galaksi-galaksi, karena bisa menyebarkan semua elemen umum ke ruang antariksa, seperti: Oksigen, Karbon, Nitrogen, Kalsium dan Besi. Khususnya ledakan-ledakan pada bintang-bintang besar, juga membentuk dan menyebarkan elemen elemen yang lebih berat, seperti: Emas, Perak, Timah dan Uranium. Supernova yang digambarkan di samping adalah supernova yang bertipe kecil, yang dimanfaatkan oleh para astronom untuk menentukan jarak. Supernova ini bisa tampak pada saat sekarang, sebagaimana terlihat pada saat alam semesta masih berumur sekitar 5 milyar tahun.

9. Kelahiran Matahari, kejadian 5 x 109 tahun sebelum saat ini.
   
Matahari terbentuk dalam suatu kabut gas pada lengan spiralnya galaksi 'Bima sakti'. Suatu piringan yang penuh dengan gas dan debu, yang menyelimuti bintang baru ini, termampatkan menjadi berbagai planet, bulan dan asteroid. Pada gambar di samping dari Teleskop Hubble, ditunjukkan suatu bintang yang sedang terlahir. Pancaran radiasi yang amat kuat yang keluar dari kutub-kutubnya, menerangi lingkungan di sekitarnya.

10. Tabrakan antar galaksi, kejadian 3 x 109 tahun ke depan.
   
Para astronom memperkirakan, bahwa dalam waktu sekitar 3 milyar tahun lagi, galaksi 'Bima sakti' akan tertelan oleh salah-satu dari tetangga terdekatnya, yaitu galaksi besar bernama Andromeda, yang berjarak 2.2 juta tahun cahaya. Tergantung prosesnya, kedua galaksi ini bisa menyatu menjadi suatu galaksi yang amat besar, atau tetap terpisah, yang bisa menjadikan jutaan bintang seperti Matahari terlempar ke dalam ruang antariksa. Suatu tabrakan besar yang meliputi 4 galaksi, yang berjarak 300 juta tahun cahaya, digambarkan di samping.

11.  Galaksi lenyap, kejadian 1 x 1011 tahun ke depan.
   
Jika benar hasil pengamatan masa kini tentang percepatan kosmik, lalu "energi vakum" yang muncul di alam semesta akan terus melampaui gaya tarik gravitasi dari materi. Hal ini berarti, bahwa di masa depan, gravitasi yang mengikat sekumpulan galaksi akan bertahan, tetapi galaksi-galaksi secara umum akan melayang terpisah jauh makin cepat. Segera pula para tetangga terdekat yang tidak saling terikat gravitasinya, akan menjauh sampai tak-terlihat lagi, bahkan dengan teleskop besar. Tetapi kejadian ini terlalu jauh ke masa depan, dimana masih akan cukup lama waktu sejak meledaknya Matahari, dan sekaligus pula berakhirnya Bumi.

12. Jaman bntang berakhir, kejadian 1 x 1012 tahun ke depan.
   
Selama jaman ini, yang terjadi antara 100 milyar tahun sampai satu triliun tahun setelah 'Big Bang' (dan termasuk pula jaman saat ini), sebagian besar energi yang ada di alam semesta akan berbentuk pembakaran gas hidrogen, ataupun elemen-elemen lainnya dalam inti-pusat bintang-bintang. Periode panjang ini akan memulai suatu langkah yang lebih panjang lagi, untuk menuju kematian alam semesta.

13. Jaman degenerasi, kejadian 1 x 1037 tahun ke depan.
   
Jaman ini berada pada 10 triliun triliun tahun setelah 'Big Bang'. Sebagian besar materi yang terlihat saat ini di alam semesta, akan terkumpul pada bintang-bintang, yang meleleh dan runtuh menjadi berbagai 'black hole' dan 'bintang netron', atau ia akan tetap berupa berbagai bintang kecil berwarna coklat dan planet, yang tidak pernah bisa memicu reaksi fusi nuklir, atau berupa berbagai bintang yang melemah menjadi bintang kecil berwarna putih. Dengan bintang-bintang yang tidak lagi aktif menyala atau meledak, energi pada jaman ini timbul dari peluruhan proton dan kehancuran partikel.

14. Jaman 'black hole', kejadian 1 x 10100 tahun ke depan.
   
Jaman ini menjangkau sampai 10 ribu triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun triliun tahun setelah 'Big Bang'. Setelah jaman peluruhan proton, benda langit yang tersisa yang menyerupai bintang hanya 'black hole', dengan amat bervariasi beratnya. Energinyapun tetap terus-menerus teruapi (terevaporasi).

15. Jaman kegelapan, kejadian lebih dari 1 x 10100 tahun ke depan.   

Pada tingkat terakhir ini, proton-proton telah habis meluruh, dan 'black hole-black hole' telah sempurna teruapi (terevaporasi). Hasil-hasil proses berikutnya yang masih tersisa: kebanyakan hanya berupa neutrino, elektron, positron dan photon dalam berbagai panjang gelombangnya. Untuk segala maksud dan fungsinya, alam semesta yang dikenal saat ini akan mendekati masa akhirnya.

Catatan atas tahapan proses penciptaan

Gambar-gambar di atas kebanyakan hanya contoh 'rekaan', dari hasil simulasi model matematis. Serta hanya sebagian kecilnya yang berupa gambar fakta-kenyataan yang sebenarnya. Namun fakta inipun hanya memberi analogi sederhana bagi kejadian yang lebih luas dan umum (kejadian penciptaan alam semesta). Begitu pula halnya dengan angka-angka tahunnya, dari hasil simulasi model matematis.

Sehingga gambar dan angka itu bukan merupakan bukti-bukti atas kebenaran tentang 'Big Bang' dan keseluruhan teori yang mendasarinya. Walau sebagian dari teori tentang 'Big Bang' dan tahapan prosesnya, ada pula yang relatif sesuai dengan teori 'Big Light'.

Penting diketahui dan di luar dugaan di sini, ternyata semua tahapan proses penciptaaan di atas relatif amat berbeda daripada konsep awal teori 'Big Bang', dari salah-satu penggagas pertamanya, yang bernama Georges Lemaitre (pendeta katolik dari Belgia), yang menyatakan seperti "asal usul alam semesta dimulai dari ledakan atas suatu 'atom purba' yang super besar, padat dan panas. Lalu alam semesta mengembang sampai pada suatu saat tertentu dimana proses pengembangannya berhenti. Lalu alam semesta kembali mengerut sampai pada suatu saat tertentu dimana seluruh massa penyusun alam semesta kembali menjadi suatu 'atom purba', serupa bentuk awalnya semula. Dan tentunya siklus 'Big Bang' bisa terjadi berulang-ulang tanpa akhir (kekal)".

Hal ini cukup menunjukkan, bahwa teori 'Big Bang' telah mengalami berbagai perbaikan dan penyesuaian, dari sejak awal dikemukakannya sampai saat ini. Namun begitu justru tetap masih banyak persoalan yang belum bisa terjawab tuntas melalui teori 'Big Bang', beserta model alam semestanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar